![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyHdfSlJp8x-ZHJAoc0F48lp804D3RnLPuvhinCE8wns9Fj7TFpN5Ieg0AeevHwOj3YfcqD9BdBDTqOCGirsaeJhuYQnd4IHUPGQ-PnbtZQA0QTgYvPlH6fk9-X9Og1o2O2FAS0APrZ4ZE/s200/lambangkota.gif)
Kota Tarakan merupakan satu-satunya kota di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di
Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 250,80 km² dan sesuai dengan data
Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Kota Tarakan
berpenduduk sebanyak 239.787 jiwa. Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi
Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil.
Provinsi
|
Kalimantan Utara
|
Dasar hukum
|
UU RI No. 29 Tahun 1997
|
Tanggal
|
15 Desember 1997
|
Pemerintahan
|
|
Walikota
|
Udin Hianggio
|
APBD
|
Rp1,4 Triliun (2010)
|
Luas
|
250,80 km²
|
Populasi
|
|
Total
|
239.787 jiwa
|
Kepadatan
|
956 jiwa/km²
|
Demografi
|
|
Suku bangsa
|
Tidung, Banjar, Jawa, Bugis, Tionghoa dan
lain-lain
|
Agama
|
Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan
lain-lain
|
Bahasa
|
Bahasa Indonesia dan Bahasa Tidung
|
Zona waktu
|
WITA
|
Kode area telepon
|
0551
|
Bandar udara
|
Bandar Udara Internasional Juwata
|
Pembagian administratif
|
|
Kecamatan
|
4
|
Kelurahan
|
20
|
Flora resmi
|
Bakau
|
Fauna resmi
|
Bekantan
|
Situs web
|
http://www.tarakankota.go.id
|
Sejarah
Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung
“Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan
“Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter
hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu Tarakan juga merupakan tempat
pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayap dan Malinau.
Era Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama
Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung
di Kalimantan Utara, yang berkedudukan di Pulau Tarakan
dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini,
selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas. Berdasarkan silsilah
(Genealogy) yang ada bahwa dipesisir timur Pulau Tarakan
yaitu di kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno (The Ancient
Kingdom of Tidung), kira-kira pada tahun 1076-1156, kemudian berpindah ke
pesisir selatan Pulau Tarakan di kawasan Tanjung Batu pada tahun 1156-1216,
lalu bergeser lagi ke wilayah barat yaitu ke kawasan Sungai Bidang kira-kira
pada tahun 1216-1394, setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari Pulau
Tarakan ke daerah Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, sekitar tahun
1394-1557.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung
tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara
riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai
Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama
Benayuk. Berakhirnya zaman Kerajaan
Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa
hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan
perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut
warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung
disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari
Menjelutung.
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa
pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim
tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim
terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan lebih kurang
dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa
tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya
dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada
sekitaran awal abad XI. Kelompok-kelompok Suku Tidung pada zaman Kerajaan
Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana
diketahui bahwa dikalangan Suku Tidung
yang ada di Kalimantan Timur dan Utara sekarang terdapat 4 (empat) kelompok
dialek bahasa Tidung, yaitu :
- Dialek bahas Tidung Malinau
- Dialek bahasa Tidung Sembakung.
- Dialek bahas Tidung Sesayap.
- Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
Dari adanya beberapa dialek Bahasa Tidung
yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya
masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin
masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah Kerajaan Benayuk
di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah
dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan
Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam
(Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di
Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.
Berikut adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan
Tidung :
- Benayuk dari sungai Sesayap, Menjelutung (Masa Pemerintahan ± 35 Musim)
- Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim)
- Ibugang (Aki Bugang)
- Itara (Lebih kurang 29 Musim)
- Ikurung (Lebih kurang 25 Musim)
- Ikarang (Lebih kurang 35 Musim), di Tanjung Batu (Tarakan).
- Karangan (Lebih kurang Musim)
- Ibidang (Lebih kurang Musim)
- Bengawan (Lebih kurang 44 Musim)
- Itambu (Lebih kurang 20 Musim)
- Aji Beruwing Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
- Aji Surya Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
- Aji Pengiran Kungun (Lebih kurang 25 Musim)
- Pengiran Tempuad (Lebih kurang 34 Musim)
- Aji Iram Sakti (Lebih kurang 25 Musim) di Pimping, Bulungan
- Aji Baran Sakti (Lebih kurang 20 Musim).
- Datoe Mancang (Lebih kurang 49 Musim)
- Abang Lemanak (Lebih kurang 20 Musim), di Baratan, Bulungan
- Ikenawai bergelar Ratu Ulam Sari (Lebih kurang 15 Musim)
Era Dinasti Tengara
Dinasti
Tengara bermulai pada tahun 1557-1916
Masehi, dinasti ini pertama kali dipimpin oleh Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 Masehi dan berakhir pada saat dipimpin oleh
Datoe Adil
pada tahun 1916, Dinasti Tengara berlokasi di kawasan Pamusian, Tarakan Tengah
Berikut adalah raja-raja yang pernah berkuasa pada masa
Dinasti Tengara :
- Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
- Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
- Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
- Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
- Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
- Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
- Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)
- Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)
- Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
- Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)
- Ratoe Intan Doera/Datoe Maoelana (1867-1896), Datoe Jaring gelar Datoe Maoelana adalah putera Sultan Bulungan Muhammad Kaharuddin (II)
- Datoe Adil (1896-1916)
Era Hindia Belanda
Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada
tahun 1896, sebuah
perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij)
menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan
terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran.
Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 Pemerintah Hindia Belanda
merasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang
membawahi 5 (lima) wilayah, yakni: Tanjung Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan
dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk
mengubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan
Keppress RI No. 22 Tahun 1963.
Era Pendudukan Jepang
Pada saat pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan
berjumlah 2.200 orang yang didatangkan dari Angkatan
Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan
Laut Kekaisaran Jepang. Satuan
terbesar adalah Batalion Infantri Independen ke-455 yang berkekuatan 740 orang
yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. 150 pasukan pendukung AD juga ada di
Tarakan. Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yang
dikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan laut utama adalah Angkatan
Garnisun Laut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan laut ini dilatih
bertempur sebagai infantri dan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir. 350
pekerja minyak sipil Jepang juga diharapkan bertempur pada saat serangan
Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di
satuan pengawal pusat. Mayor Tokoi mengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan,
meskipun hubungan antara AL dan AD buruk.
Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan
utama Tarakan dan tempat satu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan
pasukan. Pembela itu telah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan
yang menyusun posisi bertahan dan menanam ranjau. Pertahanan yang diatur itu
banyak dipakai selama pertempuran, dengan taktik Jepang yang difokuskan pada
posisi bertahan pra-persiapan yang kuat. Jepang tak melakukan kontra-serangan
besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak
penyerang yang mencoba menyelusup garis Australia.
Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal
Jepang selama Perang Pasifik. Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari
1942 dan
mengalahkan garnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran
yang berlangsung selama 2 hari
di mana separuh pasukan Belanda gugur. Saat ladang minyak Tarakan berhasil
disabotase oleh Belanda sebelum penyerahannya, Jepang bisa dengan cepat
memperbaikinya agar bisa menghasilkan lagi dan 350.000 barel diproduksi tiap
bulan dari awal tahun 1944.
Menyusul penyerahan Belanda, 5.000 penduduk Tarakan amat
menderita akibat kebijakan
pendudukan Jepang. Banyaknya pasukan Jepang yang
ditempatkan di pulau ini mengakibatkan penyunatan bahan makanan dan sebagai
akibatnya banyak orang Tarakan yang kurang gizi.
Selama pendudukan itu, Jepang membawa sekitar 600 buruh ke Tarakan dari Jawa. Jepang juga memaksa sekitar 300 wanita Jawa untuk bekerja
sebagai "jugun ianfu" (wanita penghibur) di Tarakan setelah membujuk mereka
dengan janji palsu mendapatkan kerja sebagai juru tulis maupun membuat pakaian.
Arti penting Tarakan bagi Jepang makin menguap dengan gerak
maju cepat angkatan Sekutu ke daerah itu. Tanker minyak
Jepang yang terakhir meninggalkan Tarakan pada bulan Juli 1944, dan serangan
udara Sekutu yang hebat pada tahun-tahun itu menghancurkan produksi minyak dan
fasilitas penyimpanan di pulau itu. Serangan ini juga membunuh beberapa ratus
penduduk sipil Indonesia. Sejalan dengan kepentingannya yang makin menurun,
garnisun Jepang di Tarakan berkurang pada awal 1945 saat salah satu dari 2 batalion infantri yang
ditempatkan di pulau itu (Batalion Infantri Independen ke-454) ditarik ke Balikpapan.
Batalion ini dihancurkan oleh Divisi
ke-7 Australia pada bulan Juli selama Pertempuran
Balikpapan.
Era Kemerdekaan
Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan
kecamatan Tarakan sebagai salah satu sentra industri di wilayah Provinsi Kalimantan Timur
bagian utara sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi
Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981.
Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi
Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 yang peresmiannya
dilakukan langsung oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 15 Desember
1997,
sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai Hari Jadi Kota Tarakan.
Sejak tahun 2012, Kota Tarakan merupakan bagian dari
Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan pemekaran provinsi baru tersebut dari
Provinsi Kalimantan Timur.
Geografi
Peta lokasi Pulau Tarakan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnQ9LX7bwFZjomUHull2n8w-n-SYUgAM8ZJJJuDXKKIS_C7y33xom0jUHWsppPVsVN-TfMgCthI-7AlJDPf4lTyyVIkkF8QWI0C1FLy5Mg-tAbFnumqNVX-_JMQy9z1O_GWEK9nRnIYQ8c/s320/754px-tarakan.png)
Adapaun batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Pulau Bunyu
- Sebelah Timur : Laut Sulawesi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung Palas
- Sebelah Barat : Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Sekatak
No comments:
Post a Comment